CERPEN

SHALAT SHUBUHMU BATAL !


Sayup sayup angin menerpa jendela, rintik hujan berirama menyambut musim hujan , dan keduanya telah menjadi pasangan yang amat serasi dikala beriringan, angin  masuk serentak bersamaan bunyi engsel jendela yang telah rapuh karatan.
“krekkkkk….”
Mata ini masih terpejam menghiraukan suara bunyi engsel tersebut, hari ini adalah hari ketiga aku berada di perantauan rasanya seperti di puncak rindu yang jatuh namun tersapu banyaknya debu.
Terdengar dari jauh  suara ayunan kaki menghampiri kamarku, semakin dekat dan semakin dekat.
“yaelah…bangun..shubuh noh ke masjid …tidur mulu” Sontak si Aldi dengan lantang membangunkanku dari tidur pulasku.
“berisik amat gatau lagi enak tidur napa…” Teriak ku kesal
Umurku 18 tahun ,tapi aku jarang menegakkan shalat shubuh, entah berapa banyak setan dalam tubuh ini, hingga langkah kaki ini berat ku gaih guna mengambil air wudlu dan menegakkan shalat, hingga aku mendapatkan semangat itu, iya jawabanya adalah wanita. Aku bangun dari tidurku, duduk termenung sekilas melihat keluar jendela, hujan masih mengguyur disertai angin yang setia mendampinginya.
“Alllll….. gw ikut kemasjid ……gw ingin ketemu cewe yang di masjid kemarin..” teriakku keras
“berisik woi….udah mandi dulu sana…” sahut si aldi
Aldi adalah teman sekosku dia adalah laki-laki yang bisa di bilang tipikal lelaki idaman, dengan postur tubuh tinggi kulit nan putih, bagaimana wanita akan menolak jika dia menyatakan cintanya.
“woi Rudii….lama amat keburu iqomah nih…ambil payung juga di belakang kursi !...” wajah kesal Aldi sembari nuggu ddi teras kosan
“..sabar napa sensi mulu…cepet tua lu!..”
Dengan gegas kami pun berangkat ke masjid, sepayung berdua cukup muat bagi kita laki-laki kurus perantauan yang makan pun mau yang gratisan.
“emm Al.. emang cewe waktu kemarin itu siapa sih namanya ?...” tanyaku penasaran
“ yaelah Rud lu itu aneh….kemasjid tuh niatnya sholat bukan nyari cewek..” jawab Aldi dengan kesal
“ya serah gw dong idup-idup gw lu yang sewot ..”
“serah lu dah…gw capek jelasinnya”
Langkah kaki menurusi jalan setapak yang becek akibat guyuran hujan, sandal jepit murahan khas anak perantauan mengeluarkan irama nada bersamaan, suara gemercik pantulan air hujan di payung menggelincir jatuh ketanah, dentingan kodok pun ikut serta meramaikan selama perjalanan kami menuju masjid.
“Assalamualaikum,…” ucap wanita bermukenah
“waalaikumsalam..” jawab kita
“ ehh teh Rina rajin banget ya… kemasjidnya” celetuk Aldi dengan berlagak sok kenal
“ hehehe……..”senyum ramah
“eh Al…lu kok kenal …..taadi gw nanya lu diem aja”bisikku ke Aldi
Bulan pagi ini cerah belum ingin pergi dari posisinya, masih melekat dengan sinarnya. Senyum itu bak mengarahkan ku terbang ke bulan ,inginku bicara ke bulan, tuhan aku mengagumi ciptaanmu ini, lali mudahkanlah jalanmu untuk mendapatkanya, aku rela bangun dari malasku, bangun dari dinginku agar aku bisa melihat elok ciptaanmu ini. Idaman, semua deskripsi idaman ada dalam wanita itu, jauh dari kata sempurna, karena sempurna hanya milik tuhan semata. Sholat shubuh usai tapi pikiranku tak luput dari wanita tersebut, terbayang indah manisnya di bawah bulan tersebut tak bisa lagi aku ragukan. Postur tubuh tinggi anggun, dengan dagu panjang letik selalu ingin aku mengaguminya.
“nak kalau habis shalat …alangkah baiknya berdzikir memohon pertolangan dan bersyukur apa yang telah kamu dapat hari ini” celetuk kakek di sebelahku
Aku tak menghiraukanya, aku masih saja asyik dengan lamunanku. Kakek berjenggot putih disebelahku adalah kakek penjaga masjid, setahuku dia adalah yang paling mengerti akan keadaan masjid tersebut, di umurnya yang begitu rentan kakek tersebut masih rajin mengurusnya, tak nampak sedikitpun beban di wajahnya akan keluhan mengurus masjid itu. Plakk !! pukulan keras menuju kepalaku, aku yakin Aldi hanya berniat menyadarkanku dari lamunan
“yaelah lu di masjid malah tidur….bukanya berdo`a” ucap Aldi
“ehh….udah selesai belom pulang yuk!” ucapku sembari berdiri
“lu kenapa sih Rud…?” tanya Aldi
“gpp kok Al… biasa baru demen ama cewe ..” jawabku
“cewe yang tadi kita ketemu bukan ?”
“hehehe iya kok lu tau sih….gak asyik” candaku
“yalahhh receh banget….”
Kami berdua asyik ngobrol saling tukar celetukan hingga tak sadar bahwa kita sampai di kosan, aku menyimpan sandal ala pelantaran ku di rak sepatu. Hujan mulai reda, sang surya masih malu menampakkan dirinya, burung-burung berkiacau merdu, saut sana, saut sini menciptakan nada yang indah. Aku memulai aktifitas hariku dengan penuh senyum kebahagiaan. RINAKU
Matahari terbenam di ufuk meninggalkan pancaran jingga yang indah, aku tak sabar menanti shubuh ku , shubuh yang senantiasa membuatku tenang, yang senantiasa membuatku damai dalam hati, hingga tiba dimana aku menanti shubuhku yang kesekian kalinya. Kala itu aku  bergegas menuju masjid tanpa seorang Aldi, aku sengaja melangkahkan kakiku ke masjid sendiri supaya aku lebih leluasa bertemu dia, namun exspetasiku hanyalah sebuah realita hampa, sepanjang perjalanan aku tak kunjung bertemu denganya yang kudapat hanyalah ibu-ibu yang rajin berjamaa`h ke masjid. Aku pulang dengan segumpal rasa kecewa, namun aku masih tak putus asa aku ayunkan kaki ini kemasjid guna bertemu denganya. Berkali-kali aku mengulanginya bangun shubuh bila sempat untuk mandi aku sempatkan, namun jawabannya masih saja  nihil, entah kemana gerangan pergi, aku sangat rindu, rindu wajah cerahnya, rindu senyum renyah-nya, hingga tiba saatnya aku berputus asa.
“Rud gak kemasjid nih….?” Tanya Aldi
“lagi males ….” Ucapku datar, dengan mata terkatup-katup
“yaelah alesan….bilang aja gak ada si Rina…” Sahut Aldi
“hmmmm…” gumamku
“ntar gw mau ngobrol sama elu…..serius gw..”

Aku tak hiraukan perkataan Aldi barusan, aku lebih memilih terlelap dalam tidurku lagi,hingga tak terasa sang fajar dengan pedenya memancarkan sinarnya menembus kaca jendela. Aku terbangun,mengusap mata dan duduk termenung melihat kearah jendela dengan tatapan kosong, masih kosong, hingga aku tersadar melihat pemandangan di luar jendela, tidak asing ia adalah Aldi. Dalam bennaku berpikir sedang apa dia disana?, dengan siapa dia berbicara? Aku beranjak dari tempat tidurku, memilih berdiri mendekati jendela dengan engsel tuanya dan memperjelas penglihatanku. Aldi sedang berbicara dengan wanita yang menutupi wajahnya dengan masker, tapi siapa wanita tersebut ? pikiranku mulai tak tenang, bergejolak tanda semuanya tidak akan baik-baik saja hingga aku membuka jendela berdebu itu.
“krekkkkk….!” Suara engsel tua berdesir
Sontak kedua gerangan menatap tajam menuju padaku, aku terkaget dan membuang wajahku ke arah pohon rindang berada tepat didepan jendela kamarku. Aku berusaha tak panik, dan aku berharap suara engsel tersebut tidak mengganggu pembicaraannya, sepersekian detik  aku mencoba mencuri pandangan ke mereka namun yang kudapati hanyalah sebuat pelataran teras  kos yang kosong.
“tok tok tok…! Lu udah bangun Rud..?” Tanya Aldi
“udah…..masuk aja !” jawabku
“emmm ada surat nih untukmu ..” ucap Aldi
“surat darimana …kan ortu gw punya gadget..” jawabku
“udah baca aja …!!” sembari menyodongkan surat

Matahari menjadi semakin panas masuk dalam lubang jendelaku, kucuran keringat mulai menetes di dahiku. Ada empat lagu yang aku putar, namun aku sudah tak mampu lagi mendengarkan sisanya, kurebahkan tubuh ini di kasur dengan menggenggam sepucuk surat. Aku masih enggan membacanya, difikiranku hanyalah pertayanyaan, dari mana surat ini datang ? siapa wanita tadi ? dengan secercah niat aku beranikan diri untuk membukanya.
“sreeett…” suara sobekan kertas menggema di dalam kamar
Assalamualaikum wr,wb
Rudi ?
Salam kenal, Rina
Ini aku, aku yang selalu kau nanti bukan ?
Aku yang selalu menjadi alasan langkahan kakimu ke masjid…….
Aku yang selalu ada di pikiranmu ketika sholat usai…..
Aku yang senantiasa ada di dalam lamunan hari-harimu…
Aku sengaja menghilang, aku enggan menjadi niat buruk mu….
Sadarlah niatmu sungguh dusta…
Langakahan kakimu bukan lagi terhitung pahala, melainkan dusta tiap langkahnya..
Masjid begitu suci bagi tempat orang berniat baik
Tapi tidak dengan orang-orang yang lick..
Ubahlah niatmu ke masjid wahai Rudiku….
Niscaya kau akan nyaman dan mengerti apa arti rasa rindu…
Untuk kembali ke rumah tuhan-MU

Jadilah remaja yang rindu akan masjid karena kenyamananya..
Bukan karena isi wanita di dalamnya…
Maaf hari-hari ini sudah membuatmu resah….
Tapi tak sepadan jika kamu membertkan niat untuk masuk neraka…


Khoirina Isthi syahida
Bandung, 13 desember 1997

Seketika tatapanku kosong usai membaca surat ini, hati ini terasa terenyuh, terpukul ahhh..!! inginku berteriak namun energiku tak cukup. Selama ini aku salah niatku ke masjid bukanlah karna allah semata. Ya rabb mungkin aku cukup dusta bagimu, tapi aku percaya atas keagunganmu memaafkanku dan menuntunku ke jalan yang benar. Semoga apa yang telah aku perbuat menjadi pelajaran hidupku. Terima kasih Rinaku saya tersadar bahwa kerinduan masjid terletak dengan bagaimana kita menaruh niat dan kemudian amalanya..


Asrori Fahrudin
1164020026
Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati bandung
Komuunikasi Penyiaran Islam 3/A 2017

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Pages

Popular Posts