Sayup sayup angin menerpa jendela, rintik hujan berirama menyambut
musim hujan , dan keduanya telah menjadi pasangan yang amat serasi dikala
beriringan, angin masuk serentak
bersamaan bunyi engsel jendela yang telah rapuh karatan.
“krekkkkk….”
Mata ini masih terpejam menghiraukan suara bunyi engsel tersebut,
hari ini adalah hari ketiga aku berada di perantauan rasanya seperti di puncak
rindu yang jatuh namun tersapu banyaknya debu.
Terdengar dari jauh suara ayunan kaki menghampiri kamarku,
semakin dekat dan semakin dekat.
“yaelah…bangun..shubuh noh ke masjid …tidur
mulu” Sontak si Aldi dengan lantang membangunkanku dari tidur pulasku.
“berisik amat gatau lagi enak tidur napa…”
Teriak ku kesal
Umurku 18 tahun ,tapi aku jarang menegakkan
shalat shubuh, entah berapa banyak setan dalam tubuh ini, hingga langkah kaki
ini berat ku gaih guna mengambil air wudlu dan menegakkan shalat, hingga aku
mendapatkan semangat itu, iya jawabanya adalah wanita. Aku bangun dari tidurku,
duduk termenung sekilas melihat keluar jendela, hujan masih mengguyur disertai
angin yang setia mendampinginya.
“Alllll….. gw ikut kemasjid ……gw ingin
ketemu cewe yang di masjid kemarin..” teriakku keras
“berisik woi….udah mandi dulu sana…” sahut
si aldi
Aldi adalah teman sekosku dia adalah
laki-laki yang bisa di bilang tipikal lelaki idaman, dengan postur tubuh tinggi
kulit nan putih, bagaimana wanita akan menolak jika dia menyatakan cintanya.
“woi Rudii….lama amat keburu iqomah nih…ambil
payung juga di belakang kursi !...” wajah kesal Aldi sembari nuggu ddi teras
kosan
“..sabar napa sensi mulu…cepet tua lu!..”
Dengan gegas kami pun berangkat ke masjid,
sepayung berdua cukup muat bagi kita laki-laki kurus perantauan yang makan pun
mau yang gratisan.
“emm Al.. emang cewe waktu kemarin itu
siapa sih namanya ?...” tanyaku penasaran
“ yaelah Rud lu itu aneh….kemasjid tuh
niatnya sholat bukan nyari cewek..” jawab Aldi dengan kesal
“ya serah gw dong idup-idup gw lu yang
sewot ..”
“serah lu dah…gw capek jelasinnya”
Langkah kaki menurusi jalan setapak yang
becek akibat guyuran hujan, sandal jepit murahan khas anak perantauan
mengeluarkan irama nada bersamaan, suara gemercik pantulan air hujan di payung
menggelincir jatuh ketanah, dentingan kodok pun ikut serta meramaikan selama
perjalanan kami menuju masjid.
“Assalamualaikum,…” ucap wanita bermukenah
“waalaikumsalam..” jawab kita
“ ehh teh Rina rajin banget ya…
kemasjidnya” celetuk Aldi dengan berlagak sok kenal
“ hehehe……..”senyum ramah
“eh Al…lu kok kenal …..taadi gw nanya lu
diem aja”bisikku ke Aldi
Bulan pagi ini cerah belum ingin pergi dari
posisinya, masih melekat dengan sinarnya. Senyum itu bak mengarahkan ku terbang
ke bulan ,inginku bicara ke bulan, tuhan aku mengagumi ciptaanmu ini, lali
mudahkanlah jalanmu untuk mendapatkanya, aku rela bangun dari malasku, bangun
dari dinginku agar aku bisa melihat elok ciptaanmu ini. Idaman, semua deskripsi
idaman ada dalam wanita itu, jauh dari kata sempurna, karena sempurna hanya
milik tuhan semata. Sholat shubuh usai tapi pikiranku tak luput dari wanita
tersebut, terbayang indah manisnya di bawah bulan tersebut tak bisa lagi aku
ragukan. Postur tubuh tinggi anggun, dengan dagu panjang letik selalu ingin aku
mengaguminya.
“nak kalau habis shalat …alangkah baiknya
berdzikir memohon pertolangan dan bersyukur apa yang telah kamu dapat hari ini”
celetuk kakek di sebelahku
Aku tak menghiraukanya, aku masih saja
asyik dengan lamunanku. Kakek berjenggot putih disebelahku adalah kakek penjaga
masjid, setahuku dia adalah yang paling mengerti akan keadaan masjid tersebut,
di umurnya yang begitu rentan kakek tersebut masih rajin mengurusnya, tak
nampak sedikitpun beban di wajahnya akan keluhan mengurus masjid itu. Plakk !!
pukulan keras menuju kepalaku, aku yakin Aldi hanya berniat menyadarkanku dari
lamunan
“yaelah lu di masjid malah tidur….bukanya
berdo`a” ucap Aldi
“ehh….udah selesai belom pulang yuk!”
ucapku sembari berdiri
“lu kenapa sih Rud…?” tanya Aldi
“gpp kok Al… biasa baru demen ama cewe ..”
jawabku
“cewe yang tadi kita ketemu bukan ?”
“hehehe iya kok lu tau sih….gak asyik”
candaku
“yalahhh receh banget….”
Kami berdua asyik ngobrol saling tukar
celetukan hingga tak sadar bahwa kita sampai di kosan, aku menyimpan sandal ala
pelantaran ku di rak sepatu. Hujan mulai reda, sang surya masih malu
menampakkan dirinya, burung-burung berkiacau merdu, saut sana, saut sini
menciptakan nada yang indah. Aku memulai aktifitas hariku dengan penuh senyum
kebahagiaan. RINAKU
Matahari terbenam di ufuk meninggalkan
pancaran jingga yang indah, aku tak sabar menanti shubuh ku , shubuh yang
senantiasa membuatku tenang, yang senantiasa membuatku damai dalam hati, hingga
tiba dimana aku menanti shubuhku yang kesekian kalinya. Kala itu aku bergegas menuju masjid tanpa seorang Aldi,
aku sengaja melangkahkan kakiku ke masjid sendiri supaya aku lebih leluasa
bertemu dia, namun exspetasiku hanyalah sebuah realita hampa, sepanjang
perjalanan aku tak kunjung bertemu denganya yang kudapat hanyalah ibu-ibu yang
rajin berjamaa`h ke masjid. Aku pulang dengan segumpal rasa kecewa, namun aku
masih tak putus asa aku ayunkan kaki ini kemasjid guna bertemu denganya.
Berkali-kali aku mengulanginya bangun shubuh bila sempat untuk mandi aku
sempatkan, namun jawabannya masih saja
nihil, entah kemana gerangan pergi, aku sangat rindu, rindu wajah
cerahnya, rindu senyum renyah-nya, hingga tiba saatnya aku berputus asa.
“Rud gak kemasjid nih….?” Tanya Aldi
“lagi males ….” Ucapku datar, dengan mata
terkatup-katup
“yaelah alesan….bilang aja gak ada si
Rina…” Sahut Aldi
“hmmmm…” gumamku
“ntar gw mau ngobrol sama elu…..serius
gw..”
Aku tak hiraukan perkataan Aldi barusan,
aku lebih memilih terlelap dalam tidurku lagi,hingga tak terasa sang fajar
dengan pedenya memancarkan sinarnya menembus kaca jendela. Aku
terbangun,mengusap mata dan duduk termenung melihat kearah jendela dengan
tatapan kosong, masih kosong, hingga aku tersadar melihat pemandangan di luar
jendela, tidak asing ia adalah Aldi. Dalam bennaku berpikir sedang apa dia
disana?, dengan siapa dia berbicara? Aku beranjak dari tempat tidurku, memilih
berdiri mendekati jendela dengan engsel tuanya dan memperjelas penglihatanku.
Aldi sedang berbicara dengan wanita yang menutupi wajahnya dengan masker, tapi siapa
wanita tersebut ? pikiranku mulai tak tenang, bergejolak tanda semuanya tidak
akan baik-baik saja hingga aku membuka jendela berdebu itu.
“krekkkkk….!” Suara engsel tua berdesir
Sontak kedua gerangan menatap tajam menuju
padaku, aku terkaget dan membuang wajahku ke arah pohon rindang berada tepat
didepan jendela kamarku. Aku berusaha tak panik, dan aku berharap suara engsel
tersebut tidak mengganggu pembicaraannya, sepersekian detik aku mencoba mencuri pandangan ke mereka namun
yang kudapati hanyalah sebuat pelataran teras
kos yang kosong.
“tok tok tok…! Lu udah bangun Rud..?” Tanya
Aldi
“udah…..masuk aja !” jawabku
“emmm ada surat nih untukmu ..” ucap Aldi
“surat darimana …kan ortu gw punya
gadget..” jawabku
“udah baca aja …!!” sembari menyodongkan surat
Matahari menjadi semakin panas masuk dalam
lubang jendelaku, kucuran keringat mulai menetes di dahiku. Ada empat lagu yang
aku putar, namun aku sudah tak mampu lagi mendengarkan sisanya, kurebahkan
tubuh ini di kasur dengan menggenggam sepucuk surat. Aku masih enggan
membacanya, difikiranku hanyalah pertayanyaan, dari mana surat ini datang ?
siapa wanita tadi ? dengan secercah niat aku beranikan diri untuk membukanya.
“sreeett…” suara sobekan kertas menggema di
dalam kamar
Assalamualaikum wr,wb
Rudi ?
Salam kenal, Rina
Ini aku, aku yang selalu kau nanti bukan ?
Aku yang selalu menjadi alasan langkahan
kakimu ke masjid…….
Aku yang selalu ada di pikiranmu ketika
sholat usai…..
Aku yang senantiasa ada di dalam lamunan
hari-harimu…
Aku sengaja menghilang, aku enggan menjadi
niat buruk mu….
Sadarlah niatmu sungguh dusta…
Langakahan kakimu bukan lagi terhitung
pahala, melainkan dusta tiap langkahnya..
Masjid begitu suci bagi tempat orang
berniat baik
Tapi tidak dengan orang-orang yang lick..
Ubahlah niatmu ke masjid wahai Rudiku….
Niscaya kau akan nyaman dan mengerti apa
arti rasa rindu…
Untuk kembali ke rumah tuhan-MU
Jadilah remaja yang rindu akan masjid
karena kenyamananya..
Bukan karena isi wanita di dalamnya…
Maaf hari-hari ini sudah membuatmu resah….
Tapi tak sepadan jika kamu membertkan niat
untuk masuk neraka…
Khoirina Isthi syahida
Bandung, 13 desember 1997
Seketika tatapanku kosong usai membaca
surat ini, hati ini terasa terenyuh, terpukul ahhh..!! inginku berteriak namun
energiku tak cukup. Selama ini aku salah niatku ke masjid bukanlah karna allah
semata. Ya rabb mungkin aku cukup dusta bagimu, tapi aku percaya atas
keagunganmu memaafkanku dan menuntunku ke jalan yang benar. Semoga apa yang telah
aku perbuat menjadi pelajaran hidupku. Terima kasih Rinaku saya tersadar bahwa
kerinduan masjid terletak dengan bagaimana kita menaruh niat dan kemudian
amalanya..
Asrori Fahrudin
1164020026
Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati bandung
Komuunikasi
Penyiaran Islam 3/A 2017